Dari atas tebing
tak bosan ku memandang ke laut lepas
bak permadani nan biru di kaki langit
memuaskan hasrat mata
akan keindahan alam-Mu
dan aku yang mengharapkan
luasnya ampunan, rahmat, dan kasih-Mu
yang melebihi luasnya lautan-Mu
Suara deburan ombak
nyanyian laut yang tak pernah henti
melodi alam yang menggetarkan hati
akan kebesaran kuasa-Mu
menenggelamkan hiruk pikuk dunia
Saat aku turun ke pantai
hamparan pasir putih nan lembut
menggoda ‘tuk bermain-main di sana
menikmati gulungan ombak
yang menghempas pantai
seakan menelan semua masalah dan kepenatan duniawi
Kamis, 28 Juni 2012
Jongkang Jogja
Rabu, 25 Juli 2012
Minggu, 08 April 2012
AKHIRNYA AKU KE PANTAI ITU LAGI
Ku duduk di bibir Pantai Ngobaran, di atas lembutnya pasir putih. Memandang ke luasnya laut dan langit biru. Mengagumi keindahan alam ciptaan Sang Maha Pencipta Segala Keindahan Alam. Ku biarkan hempasan ombak yang kala itu sedang pasang menyapu kakiku, dan ku harapkan dapat menyapu pula kesedihanku. Ku dengarkan suara deburan ombak yang memecahkan lamunanku. Seandainya aku sedang sendiri di sana, aku ingin menumpahkan semua rasaku pada laut, pada langit, pada ombak yang menggulung. Ingin ku luapkan kesempitan rasaku pada lautan luas. Ingin ku terbangkan gundahku ke birunya langit. Ingin ku gulung kesedihanku pada alunan ombak. Yang kesemuanya itu sebenarnya hanya satu muara tempat mengadu, pada Sang Maha Pencipta Yang Maha Luas Kuasa Nya.
Setelah 7 tahun lebih, akhirnya aku kembali mengunjungi ke dua pantai itu lagi. Pantai Ngrenehan dan Pantai Ngobaran. Sungguh pantai yang sangat indah. Betapa Allah Maha Besar dengan ciptaan Nya yang begitu indah. Aku teringat padamu, dan aku ingin menikmati keindahan itu serta mengabadikannya dalam bingkai foto denganmu Kangmas. Tapi kapan Kangmas??? Jujur, aku lelah... Sangat lelah harus memendam semua perasaaanku, cinta, sayang, rindu, sedih, & marah. Lelah untuk berpura-pura tersenyum dan tertawa bahagia di depan semua orang, yang sebenarnya aku sedih dan menangis dalam hati.
Tuhan... aku tahu Engkau melihat kesedihanku yang tak berdaya dalam genggaman kuasa Mu. Aku yang lebih sering mengeluh dan berputus asa, tetapi masih takut untuk menemui Mu.
Minggu, 8 April 2012
Jongkang Jogja
Setelah 7 tahun lebih, akhirnya aku kembali mengunjungi ke dua pantai itu lagi. Pantai Ngrenehan dan Pantai Ngobaran. Sungguh pantai yang sangat indah. Betapa Allah Maha Besar dengan ciptaan Nya yang begitu indah. Aku teringat padamu, dan aku ingin menikmati keindahan itu serta mengabadikannya dalam bingkai foto denganmu Kangmas. Tapi kapan Kangmas??? Jujur, aku lelah... Sangat lelah harus memendam semua perasaaanku, cinta, sayang, rindu, sedih, & marah. Lelah untuk berpura-pura tersenyum dan tertawa bahagia di depan semua orang, yang sebenarnya aku sedih dan menangis dalam hati.
Tuhan... aku tahu Engkau melihat kesedihanku yang tak berdaya dalam genggaman kuasa Mu. Aku yang lebih sering mengeluh dan berputus asa, tetapi masih takut untuk menemui Mu.
Minggu, 8 April 2012
Jongkang Jogja
Senin, 26 Maret 2012
DZIKIR DAN DOA SETELAH SHALAT
Akhir-akhir ini aku baru sadar kalau sekarang shalatku itu lama. Sebenarnya bukan shalatnya yang lama sih, tapi waktu dzikir dan doa setelah shalat. Padahal waktu kecil dulu, aku sering ‘ngerasani’ almarhum kakekku. “Mbah itu kalau shalat lama”, kataku kala itu. Memang kakekku kalau shalat bisa 15-30 menit untuk sekali waktu shalat. Lama waktunya itu ketika selesai shalat. Pada saat itu aku tidak tahu kalau kakekku itu sedang berdzikir dan berdoa. Sedangkan aku yang waktu itu masih duduk di bangku sekolah dasar kalau shalat bisa dibilang kilat, 5 menit selesai. Bahkan mungkin enggak sampe 5 menit tuh. Boro-boro dzikir, berdoa aja enggak. He he he... Ya... maklumlah, itu mungkin karena aku masih kecil yang pikirannya masih main aja. Bahkan shalat pun sering bolong-bolong. Aku masih ingat almarhum kakekku suka menyindir alasan enggak shalat, kalau shalat shubuh belum bangun, shalat dhuhur capek pulang sekolah, shalat ashar waktunya main, shalat maghrib waktunya belajar, shalat isya udah ngantuk. Kalau inget itu jadi geli sendiri.
Hmmm... tapi sekarang pun kadang-kadang masih ‘bandel’ juga. Masih juga suka menunda-nunda waktu shalat. Padahal ni kuping denger juga tuh suara adzan. Tapi mata masih melotot di depan layar HP. Sibuk dengan facebook dan twitter. Bahkan kalau lagi buru-buru, shalat jadi ga khusuk dan doa pun sekadarnya. Malah kalau setannya berhasil menguasai nih, shalat kadang masih bolong. Sadar juga sih sebenarnya kalau salah. Nah... ntar giliran kalau lagi sedih atau lagi ada masalah, baru deh rajin tuh shalatnya dan banyak dzikir. Memang Allah selalu punya cara buat mendekatkan kembali hamba Nya yang sedikit berpaling dari Nya.
Seiring bertambahnya usia dan pengetahuan yang didapat, mulai deh memahami makna dan manfaat dzikir dan doa setelah shalat. Eh, pada hal waktu kecil kan sebenarnya udah diajarin juga ya makna dan manfaat berdoa. Ya... namanya juga anak-anak. He he he... Seingatku, aku mulai lama shalat itu sejak akhir-akhir kuliah pada saat mengerjakan Tugas Akhir. Dan sampai sekarang selalu bertambah macam-macam dzikir dan doa yang ku baca, walaupun belum konsisten sih.
Kurang lebih setahun yang lalu, waktu aku lagi shalat isya, salah satu teman kosku baru pulang dari kerja dan langsung masuk ke kamarku. Pada saat itu aku sudah selesai shalat dan sedang membaca doa. Namun, karena aku tahu ada temanku datang, aku merasa ga enak kalau dia menunggu terlalu lama, maka aku mempersingkat doa yang kubaca. Ketika aku sudah selesai, temanku itu malah berkata, “Lho kok sudah doanya? Ayo doa lagi, aku ga apa-apa kok di sini. Minta aja yang banyak.” Mendengar perkataannya aku cuma nyengir. Baru sekarang aku sadar, kalau ternyata banyak sekali yang ingin aku minta dari Nya. Beberapa waktu yang lalu aku membaca kalau ada ayat yang menunjukkan bahwa Allah itu senang kalau hamba Nya itu berdoa dan meminta kepada Nya.
Terkadang aku sadar juga kalau masih suka asyik dengan facebook dan twitter. Mungkin lebih banyak waktuku untuk bermain facebook dan twitter dibandingkan waktu untuk beribadah kepada Nya. Semoga saja dengan berkembangnya teknologi informasi ini tidak membuat aku lupa dan menjauh dari Nya. Serta dapat memanfaatkan waktu dengan lebih baik lagi.
Minggu, 25 Maret 2012
Jongkang Jogja
Hmmm... tapi sekarang pun kadang-kadang masih ‘bandel’ juga. Masih juga suka menunda-nunda waktu shalat. Padahal ni kuping denger juga tuh suara adzan. Tapi mata masih melotot di depan layar HP. Sibuk dengan facebook dan twitter. Bahkan kalau lagi buru-buru, shalat jadi ga khusuk dan doa pun sekadarnya. Malah kalau setannya berhasil menguasai nih, shalat kadang masih bolong. Sadar juga sih sebenarnya kalau salah. Nah... ntar giliran kalau lagi sedih atau lagi ada masalah, baru deh rajin tuh shalatnya dan banyak dzikir. Memang Allah selalu punya cara buat mendekatkan kembali hamba Nya yang sedikit berpaling dari Nya.
Seiring bertambahnya usia dan pengetahuan yang didapat, mulai deh memahami makna dan manfaat dzikir dan doa setelah shalat. Eh, pada hal waktu kecil kan sebenarnya udah diajarin juga ya makna dan manfaat berdoa. Ya... namanya juga anak-anak. He he he... Seingatku, aku mulai lama shalat itu sejak akhir-akhir kuliah pada saat mengerjakan Tugas Akhir. Dan sampai sekarang selalu bertambah macam-macam dzikir dan doa yang ku baca, walaupun belum konsisten sih.
Kurang lebih setahun yang lalu, waktu aku lagi shalat isya, salah satu teman kosku baru pulang dari kerja dan langsung masuk ke kamarku. Pada saat itu aku sudah selesai shalat dan sedang membaca doa. Namun, karena aku tahu ada temanku datang, aku merasa ga enak kalau dia menunggu terlalu lama, maka aku mempersingkat doa yang kubaca. Ketika aku sudah selesai, temanku itu malah berkata, “Lho kok sudah doanya? Ayo doa lagi, aku ga apa-apa kok di sini. Minta aja yang banyak.” Mendengar perkataannya aku cuma nyengir. Baru sekarang aku sadar, kalau ternyata banyak sekali yang ingin aku minta dari Nya. Beberapa waktu yang lalu aku membaca kalau ada ayat yang menunjukkan bahwa Allah itu senang kalau hamba Nya itu berdoa dan meminta kepada Nya.
Terkadang aku sadar juga kalau masih suka asyik dengan facebook dan twitter. Mungkin lebih banyak waktuku untuk bermain facebook dan twitter dibandingkan waktu untuk beribadah kepada Nya. Semoga saja dengan berkembangnya teknologi informasi ini tidak membuat aku lupa dan menjauh dari Nya. Serta dapat memanfaatkan waktu dengan lebih baik lagi.
Minggu, 25 Maret 2012
Jongkang Jogja
Senin, 27 Februari 2012
PELANGI HATI DI BAWAH LANGIT JOGJA
Ku singkap korden kamarku. Mendung bergelayut di langit Jogja. Menambah kemalasan di hari Minggu ini. Lalu aku merendam pakaian yang akan ku cuci. Sambil menunggu rendaman pakaianku, aku pun membuka Facebook. Tak berapa lama handphoneku berdering. Ada sms masuk. Ku lihat nama yang tertera di layar HP. Membaca namanya hatiku berdesir. Lalu ku buka dan ku baca sms darinya.
“Lagi ngapain dek?”
“Lagi mo nyuci baju mas. Tapi ni FB-an dulu. He he he...”
“Mendung-mendung kok nyuci?”
“Mas lagi ngapain? Lagi pulang ke Pekalongan ya?”
“Lagi otw.”
“Lagi jalan-jalan ya? Di sana mendung juga tho?”
Lama tak ada balasan, akhirnya aku pun mencuci. Setelah selesai menjemur pakaian aku pun istirahat sejenak sambil bermain HP lagi. Dan, dia kembali mengirimkan sms. Ketika ku baca, aku sedikit terkejut dan bertanya-tanya.
“Dek, alamat kosmu mana?”
“Aku minta ancer-ancernya.”
Setelah ku jawab, aku pun kembali menanyakan keberadaannya. Tapi tak dibalasnya. Aku curiga, jangan-jangan dia sekarang sedang berada di Jogja. Langsung ku sambar handuk dan bergegas menuju ke kamar mandi. Ketika aku selesai mandi, aku mengecek ponselku. Deg... jantungku berdebar. Ada dua panggilan tak terjawab dan tiga sms. Ternyata panggilan tak terjawab itu darinya. Dan sms itu pun darinya. Aku cepat-cepat membaca smsnya.
“Dek, ada di kos ga? Aku boleh main?”
“Dek, aku tunggu di depan pager kosmu ya.”
“Dek, aku sekarang di depan kosmu.”
Rasa hatiku benar-benar tak menentu. Campur aduk tak karuan. Antara senang dan tak percaya, kalau dia sekarang sudah berada di depan kosku. Lalu aku meneleponnya, ku katakan bahwa sebentar lagi aku akan menemuinya. Buru-buru aku berganti pakaian dan menemuinya. Jantungku berdebar kencang. Kita tak pernah bertemu sejak pertama kali dia diajak oleh saudara sepupunya ke rumahku, kurang lebih 8 tahun yang lalu.
Setelah ngobrol sebentar di teras rumah ibu kosku, dia mengajak keluar untuk mencari makan siang. Sebelum mencari warung makan, kita mampir dulu ke masjid. Aku di mobil, menunggunya shalat dhuhur. Setelah makan dia mengajakku untuk mampir ke rumah kawannya. Karena dia ingin membeli sparepart motor tua. Ya, hobinya adalah mengkoleksi dan mengutak-atik motor tua. Tapi ternyata kawannya sedang tidak ada di rumah. Kita pun menunggu sambil mengobrol dan bercanda. Cukup lama juga kawannya datang. Setelah urusannya selesai, dia mengantarkan aku kembali ke kos. Dan dia pun kembali ke Semarang.
Senja itu langit Jogja sangat gelap, rintik gerimis mulai turun. Dan hujan deras pun mengguyur Jogja sampai malam. Tapi, walaupun langit Jogja senja itu tertutup oleh awan hitam, sepertinya aku melihat warna-warni pelangi. Mungkin lebih tepatnya, pelangi di hatiku.
Senin, 30 Januari 2012
Jongkang Jogja
“Lagi ngapain dek?”
“Lagi mo nyuci baju mas. Tapi ni FB-an dulu. He he he...”
“Mendung-mendung kok nyuci?”
“Mas lagi ngapain? Lagi pulang ke Pekalongan ya?”
“Lagi otw.”
“Lagi jalan-jalan ya? Di sana mendung juga tho?”
Lama tak ada balasan, akhirnya aku pun mencuci. Setelah selesai menjemur pakaian aku pun istirahat sejenak sambil bermain HP lagi. Dan, dia kembali mengirimkan sms. Ketika ku baca, aku sedikit terkejut dan bertanya-tanya.
“Dek, alamat kosmu mana?”
“Aku minta ancer-ancernya.”
Setelah ku jawab, aku pun kembali menanyakan keberadaannya. Tapi tak dibalasnya. Aku curiga, jangan-jangan dia sekarang sedang berada di Jogja. Langsung ku sambar handuk dan bergegas menuju ke kamar mandi. Ketika aku selesai mandi, aku mengecek ponselku. Deg... jantungku berdebar. Ada dua panggilan tak terjawab dan tiga sms. Ternyata panggilan tak terjawab itu darinya. Dan sms itu pun darinya. Aku cepat-cepat membaca smsnya.
“Dek, ada di kos ga? Aku boleh main?”
“Dek, aku tunggu di depan pager kosmu ya.”
“Dek, aku sekarang di depan kosmu.”
Rasa hatiku benar-benar tak menentu. Campur aduk tak karuan. Antara senang dan tak percaya, kalau dia sekarang sudah berada di depan kosku. Lalu aku meneleponnya, ku katakan bahwa sebentar lagi aku akan menemuinya. Buru-buru aku berganti pakaian dan menemuinya. Jantungku berdebar kencang. Kita tak pernah bertemu sejak pertama kali dia diajak oleh saudara sepupunya ke rumahku, kurang lebih 8 tahun yang lalu.
Setelah ngobrol sebentar di teras rumah ibu kosku, dia mengajak keluar untuk mencari makan siang. Sebelum mencari warung makan, kita mampir dulu ke masjid. Aku di mobil, menunggunya shalat dhuhur. Setelah makan dia mengajakku untuk mampir ke rumah kawannya. Karena dia ingin membeli sparepart motor tua. Ya, hobinya adalah mengkoleksi dan mengutak-atik motor tua. Tapi ternyata kawannya sedang tidak ada di rumah. Kita pun menunggu sambil mengobrol dan bercanda. Cukup lama juga kawannya datang. Setelah urusannya selesai, dia mengantarkan aku kembali ke kos. Dan dia pun kembali ke Semarang.
Senja itu langit Jogja sangat gelap, rintik gerimis mulai turun. Dan hujan deras pun mengguyur Jogja sampai malam. Tapi, walaupun langit Jogja senja itu tertutup oleh awan hitam, sepertinya aku melihat warna-warni pelangi. Mungkin lebih tepatnya, pelangi di hatiku.
Senin, 30 Januari 2012
Jongkang Jogja
Rabu, 01 Februari 2012
SEPENGGAL RINDU UNTUK JOGJA
Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Yogya
Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu
Bait demi bait lagu Yogyakarta milik Kla Project mengalun merdu di telingaku melalui fasilitas MP3 dari ponselku. Lagu itu sengaja kuputar bukan hanya sekedar ‘tuk menemani kebosananku dalam perjalanan malam ini. Aku memang menyukai lagu itu ketika pertama kali mendengarnya, kala aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan lagu itu adalah satu-satunya lagu yang aku hafal syairnya hingga kini. Entah kenapa, saat aku hendak masuk ke perguruan tinggi aku begitu menginginkan untuk melanjutkan ke Yogyakarta . Dan ternyata kota itu kini menjadi kota yang penuh kenangan untukku. Semua kenangan manis, dan juga kenangan pahit. Memberi warna dalam perjalanan hidupku.
Kusenandungkan syair lagu mengikuti irama musik. Lirik-liriknya yang penuh makna mengingatkanku akan satu sosok yang sangat aku sayangi. Ya… dia begitu lekat dalam ingatanku bahkan membekas dalam hatiku. Hingga kini, walau 3 tahun t’lah berlalu. Sering pula ia muncul dalam mimpi-mimpi manisku. Dia yang aku kenal kala menempuh studi di kota yang terkenal dengan sebutan kota pelajar itu. Sifatnya yang ramah membuat semua orang senang berkawan dengannya. Tampangnya yang ganteng membuat banyak gadis tertarik padanya. Kepiawaiannya dalam mengolah kata membuat para gadis jatuh hati padanya. Entah sudah berapa gadis yang patah hati karenanya. Tapi yang jelas dia begitu pandai membawa diri.
*******
Pagi ini, Sabtu, 27 Mei 2006, perasaanku tak enak. Gelisah tak menentu. Entah kenapa aku tak tahu. Serasa ada sesuatu yang buruk yang bakal terjadi. Aku hanya membolak-balikkan badanku di tempat tidur. Ah, barangkali hanya kelelahan karena bekerja, pikirku. Kulihat jam di dinding, sudah pukul 11 rupanya. Perutku pun keroncongan, tanda minta diisi. Aku pun bangun dengan malas. Setelah mandi dan makan, aku pun menuju televisi dan menyalakannya. Yah… Sabtu dan Minggu adalah hari merdeka buatku. Hari di mana aku bebas dari tumpukan pekerjaan yang melelahkan. Tapi itu pun tak selalu. Seringkali Sabtu dan Minggu aku harus tetap bekerja demi memenuhi target perusahaan. Demi hidupku juga tentunya. Hari ini aku libur, tetapi ketika aku selesai mandi tadi, seseorang dari kantorku menelepon mengatakan bahwa besok aku harus lembur. Sesuatu yang agak menjengkelkan bagiku. Serasa tak ada waktu untuk bersenang-senang saja.
Jantungku serasa berhenti berdetak ketika melihat berita yang ada di televisi. Pagi tadi sekitar pukul 05.58 telah terjadi gempa bumi dahsyat berkekuatan 5,9 skala richter yang mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya. Di layar televisi tergambar kepanikan orang-orang yang berlarian berusaha menyelamatkan diri dari isu tsunami yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Rumah-rumah dan bangunan-bangunan roboh. Tidak sedikit pula yang hancur, rata dengan tanah. Ribuan orang diperkirakan tewas, dan ribuan lainnya luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Aku menangis… Ya tuhan… dalam sekejap, Kau bisa menghancurkan semuanya. Dalam hitungan menit, Kau bisa ambil nyawa ribuan manusia. Duh Gusti… dosa apa mereka sampai Kau murka, dan Kau timpa mereka dengan bencana seperti itu. Sedih rasanya hati ini melihat keadaan itu. Apalagi, Yogya merupakan kota yang sangat berarti buatku. Kota dengan segala kenangan manis. Memori indahnya pun masih selalu kuingat hingga kini.
Hatiku semakin gelisah, tatkala nomor handphone yang kuhubungi tak bisa tersambung. Berkali-kali aku terus mencoba, tapi hingga 1 minggu berlalu tak juga bisa tersambung. Aku terus bertanya-tanya, bagaimana keadaan dirimu? Apakah engkau selamat dari bencana itu? Aku hanya bisa berdoa agar engkau selamat. Kurogoh tabunganku untuk ikut meringankan beban mereka yang tertimpa musibah lewat sebuah acara penggalangan dana kemanusiaan untuk korban gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya yang diselenggarakan di kantorku.
Sebenarnya, ingin rasanya aku terbang ke sana untuk mencari dirimu, mengetahui keadaanmu. Akan tetapi karena jarak dan kondisi yang tak memungkinkan, aku hanya bisa berdoa untukmu.
*******
Satu tahun t’lah berlalu. Aku mempunyai kesempatan untuk beristirahat sejenak dari tumpukan pekerjaan yang kerap kali membuat aku pusing. Hari ini aku telah menggenggam tiket perjalanan ke Yogya. Sesampai di teminal, aku bergegas mencari taksi dan pergi menuju rumahmu. Aku berharap menemukanmu dalam keadaan sehat wal afiat. Akan tetapi… sesampai di depan rumahmu, badanku serasa lemas. Aku tertegun, yang ada di hadapanku hanyalah tumpukan puing-puing rumah yang telah rata dengan tanah. Dan di sebelahnya hanya ada sebuah tenda kecil yang sudah tak layak huni menuruku. Walaupun sudah ada upaya perbaikan pasca gempa dengan berbagai bantuan yang terus mengalir, toh masih saja ada yang belum mendapatkannya.
Sejenak aku menghela nafas panjang. Lalu aku menghampiri sesosok kakek tua yang keluar dari tenda kecil tersebut. Berharap mendapat kabar baik darinya. Aku pun bertanya tentang keberadaan sang penghuni rumah yang terletak tepat di samping tenda yang ditinggalinya kini. Aku bernafas lega, karena ternyata kakek tua tersebut mengenal mereka. Kakek tua itu lalu mengatakan bahwa sang empunya rumah telah tiada akibat bencana gempa bumi setahun yang lalu. Bagai petir di siang bolong, hatiku pun kacau tak karuan mendengarnya. Mereka sekeluarga, ayah, ibu, dan 3 orang anaknya tak ada yang selamat, karena masih terlelap saat terjadi bencana. Terlambat untuk menyelamatkan diri, dan tertimpa reruntuhan rumah mereka sendiri. Termasuk dia, seseorang yang amat sangat aku sayangi. Kini dia telah pergi untuk selamanya tanpa tahu bahwa aku sangat mencintainya.
Pagi itu mendung bergelayut di atas Jogja. Seakan tahu apa isi hatiku. Kulangkahkan kakiku dengan gontai meninggalkan tempat itu. Serasa ada bagian yang hilang dalam diriku. Separuh jiwaku serasa terbang entah ke mana. Kususuri jejak-jejak kenangan indah saat bersamanya dahulu, sambil kusenandungkan sepenggal syair lagu milik Kla Project. Bulir-bulir air mata pun menetes di pipiku. Kerinduanku akan tetap abadi selamanya.
Walau kini kau t’lah tiada dan tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Senin, 4 Juni 2007
Bekasi
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Yogya
Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu
Bait demi bait lagu Yogyakarta milik Kla Project mengalun merdu di telingaku melalui fasilitas MP3 dari ponselku. Lagu itu sengaja kuputar bukan hanya sekedar ‘tuk menemani kebosananku dalam perjalanan malam ini. Aku memang menyukai lagu itu ketika pertama kali mendengarnya, kala aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan lagu itu adalah satu-satunya lagu yang aku hafal syairnya hingga kini. Entah kenapa, saat aku hendak masuk ke perguruan tinggi aku begitu menginginkan untuk melanjutkan ke Yogyakarta . Dan ternyata kota itu kini menjadi kota yang penuh kenangan untukku. Semua kenangan manis, dan juga kenangan pahit. Memberi warna dalam perjalanan hidupku.
Kusenandungkan syair lagu mengikuti irama musik. Lirik-liriknya yang penuh makna mengingatkanku akan satu sosok yang sangat aku sayangi. Ya… dia begitu lekat dalam ingatanku bahkan membekas dalam hatiku. Hingga kini, walau 3 tahun t’lah berlalu. Sering pula ia muncul dalam mimpi-mimpi manisku. Dia yang aku kenal kala menempuh studi di kota yang terkenal dengan sebutan kota pelajar itu. Sifatnya yang ramah membuat semua orang senang berkawan dengannya. Tampangnya yang ganteng membuat banyak gadis tertarik padanya. Kepiawaiannya dalam mengolah kata membuat para gadis jatuh hati padanya. Entah sudah berapa gadis yang patah hati karenanya. Tapi yang jelas dia begitu pandai membawa diri.
*******
Pagi ini, Sabtu, 27 Mei 2006, perasaanku tak enak. Gelisah tak menentu. Entah kenapa aku tak tahu. Serasa ada sesuatu yang buruk yang bakal terjadi. Aku hanya membolak-balikkan badanku di tempat tidur. Ah, barangkali hanya kelelahan karena bekerja, pikirku. Kulihat jam di dinding, sudah pukul 11 rupanya. Perutku pun keroncongan, tanda minta diisi. Aku pun bangun dengan malas. Setelah mandi dan makan, aku pun menuju televisi dan menyalakannya. Yah… Sabtu dan Minggu adalah hari merdeka buatku. Hari di mana aku bebas dari tumpukan pekerjaan yang melelahkan. Tapi itu pun tak selalu. Seringkali Sabtu dan Minggu aku harus tetap bekerja demi memenuhi target perusahaan. Demi hidupku juga tentunya. Hari ini aku libur, tetapi ketika aku selesai mandi tadi, seseorang dari kantorku menelepon mengatakan bahwa besok aku harus lembur. Sesuatu yang agak menjengkelkan bagiku. Serasa tak ada waktu untuk bersenang-senang saja.
Jantungku serasa berhenti berdetak ketika melihat berita yang ada di televisi. Pagi tadi sekitar pukul 05.58 telah terjadi gempa bumi dahsyat berkekuatan 5,9 skala richter yang mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya. Di layar televisi tergambar kepanikan orang-orang yang berlarian berusaha menyelamatkan diri dari isu tsunami yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Rumah-rumah dan bangunan-bangunan roboh. Tidak sedikit pula yang hancur, rata dengan tanah. Ribuan orang diperkirakan tewas, dan ribuan lainnya luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Aku menangis… Ya tuhan… dalam sekejap, Kau bisa menghancurkan semuanya. Dalam hitungan menit, Kau bisa ambil nyawa ribuan manusia. Duh Gusti… dosa apa mereka sampai Kau murka, dan Kau timpa mereka dengan bencana seperti itu. Sedih rasanya hati ini melihat keadaan itu. Apalagi, Yogya merupakan kota yang sangat berarti buatku. Kota dengan segala kenangan manis. Memori indahnya pun masih selalu kuingat hingga kini.
Hatiku semakin gelisah, tatkala nomor handphone yang kuhubungi tak bisa tersambung. Berkali-kali aku terus mencoba, tapi hingga 1 minggu berlalu tak juga bisa tersambung. Aku terus bertanya-tanya, bagaimana keadaan dirimu? Apakah engkau selamat dari bencana itu? Aku hanya bisa berdoa agar engkau selamat. Kurogoh tabunganku untuk ikut meringankan beban mereka yang tertimpa musibah lewat sebuah acara penggalangan dana kemanusiaan untuk korban gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya yang diselenggarakan di kantorku.
Sebenarnya, ingin rasanya aku terbang ke sana untuk mencari dirimu, mengetahui keadaanmu. Akan tetapi karena jarak dan kondisi yang tak memungkinkan, aku hanya bisa berdoa untukmu.
*******
Satu tahun t’lah berlalu. Aku mempunyai kesempatan untuk beristirahat sejenak dari tumpukan pekerjaan yang kerap kali membuat aku pusing. Hari ini aku telah menggenggam tiket perjalanan ke Yogya. Sesampai di teminal, aku bergegas mencari taksi dan pergi menuju rumahmu. Aku berharap menemukanmu dalam keadaan sehat wal afiat. Akan tetapi… sesampai di depan rumahmu, badanku serasa lemas. Aku tertegun, yang ada di hadapanku hanyalah tumpukan puing-puing rumah yang telah rata dengan tanah. Dan di sebelahnya hanya ada sebuah tenda kecil yang sudah tak layak huni menuruku. Walaupun sudah ada upaya perbaikan pasca gempa dengan berbagai bantuan yang terus mengalir, toh masih saja ada yang belum mendapatkannya.
Sejenak aku menghela nafas panjang. Lalu aku menghampiri sesosok kakek tua yang keluar dari tenda kecil tersebut. Berharap mendapat kabar baik darinya. Aku pun bertanya tentang keberadaan sang penghuni rumah yang terletak tepat di samping tenda yang ditinggalinya kini. Aku bernafas lega, karena ternyata kakek tua tersebut mengenal mereka. Kakek tua itu lalu mengatakan bahwa sang empunya rumah telah tiada akibat bencana gempa bumi setahun yang lalu. Bagai petir di siang bolong, hatiku pun kacau tak karuan mendengarnya. Mereka sekeluarga, ayah, ibu, dan 3 orang anaknya tak ada yang selamat, karena masih terlelap saat terjadi bencana. Terlambat untuk menyelamatkan diri, dan tertimpa reruntuhan rumah mereka sendiri. Termasuk dia, seseorang yang amat sangat aku sayangi. Kini dia telah pergi untuk selamanya tanpa tahu bahwa aku sangat mencintainya.
Pagi itu mendung bergelayut di atas Jogja. Seakan tahu apa isi hatiku. Kulangkahkan kakiku dengan gontai meninggalkan tempat itu. Serasa ada bagian yang hilang dalam diriku. Separuh jiwaku serasa terbang entah ke mana. Kususuri jejak-jejak kenangan indah saat bersamanya dahulu, sambil kusenandungkan sepenggal syair lagu milik Kla Project. Bulir-bulir air mata pun menetes di pipiku. Kerinduanku akan tetap abadi selamanya.
Walau kini kau t’lah tiada dan tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Senin, 4 Juni 2007
Bekasi
Selasa, 10 Januari 2012
JELANG SHUBUH
(Dalam Doa dan Air Mata)
Ya Allah...
aku lelah berkelana hati
mencari tambatan
'tuk berbagi tawa dan tangis
aku ingin berlabuh
menyandarkan hatiku
pada belahan jiwa
yang Kau takdirkan untukku
Ya Rabb...
ku gantungkan harapanku di langitMu
sudahilah segala sedih, gelisah, dan kecewa
curahkanlah cahaya kasihMu
pada jiwaku yang hampa
Ya Illahi Rabbi...
ikhlaskanlah hatiku bertaut dengan hatinya
dalam ketulusan kasih sayang
satukanlah jiwaku dengan jiwanya
dalam perbedaan yang indah
jagalah hatinya untukku
seperti aku menjaga hatiku untuknya
dalam rindu yang s'lalu membara
ijinkanlah aku
'tuk mengecap manisnya madu cinta
merajut tali kasih asmara
yang tak 'kan pernah pudar
dalam kesetiaan ikatan suci
tuntunan sunnahMu
yang Engkau ridhoi
Jum'at, 1 April 2011
Jongkang Jogja
Ya Allah...
aku lelah berkelana hati
mencari tambatan
'tuk berbagi tawa dan tangis
aku ingin berlabuh
menyandarkan hatiku
pada belahan jiwa
yang Kau takdirkan untukku
Ya Rabb...
ku gantungkan harapanku di langitMu
sudahilah segala sedih, gelisah, dan kecewa
curahkanlah cahaya kasihMu
pada jiwaku yang hampa
Ya Illahi Rabbi...
ikhlaskanlah hatiku bertaut dengan hatinya
dalam ketulusan kasih sayang
satukanlah jiwaku dengan jiwanya
dalam perbedaan yang indah
jagalah hatinya untukku
seperti aku menjaga hatiku untuknya
dalam rindu yang s'lalu membara
ijinkanlah aku
'tuk mengecap manisnya madu cinta
merajut tali kasih asmara
yang tak 'kan pernah pudar
dalam kesetiaan ikatan suci
tuntunan sunnahMu
yang Engkau ridhoi
Jum'at, 1 April 2011
Jongkang Jogja
AKU TAKUT
Saat aku jatuh cinta
aku takut terluka
Saat aku tertawa
aku takut menangis
Saat aku merasa dekat
aku takut menjadi jauh
Saat aku bermimpi indah
aku takut akan kenyataan pahit
Saat aku bahagia
aku takut bersedih
Senin, 14 Juli 2008
Tangerang
aku takut terluka
Saat aku tertawa
aku takut menangis
Saat aku merasa dekat
aku takut menjadi jauh
Saat aku bermimpi indah
aku takut akan kenyataan pahit
Saat aku bahagia
aku takut bersedih
Senin, 14 Juli 2008
Tangerang
DOA UNTUK KEKASIH
Ya Allah...
tolong jaga hatinya untukku
seperti aku menjaga hatiku untuknya
Tolong jaga cintanya untukku
seperti aku menjaga cintaku untuknya
Tolong jaga kasih sayangnya untukku
seperti aku menjaga kasih sayangku untuknya
Tolong jaga rindunya untukku
seperti aku menjaga rinduku untuknya
Tolong jaga perhatiannya untukku
seperti aku menjaga perhatianku untuknya
Tolong jaga kepercayaannya untukku
seperti aku menjaga kepercayaanku untuknya
Tolong jaga janjinya untukku
seperti aku menjaga janjiku untuknya
Tolong jaga kesetiaannya untukku
seperti aku menjaga kesetiaanku untuknya
Senin, 14 Juli 2008
Tangerang
tolong jaga hatinya untukku
seperti aku menjaga hatiku untuknya
Tolong jaga cintanya untukku
seperti aku menjaga cintaku untuknya
Tolong jaga kasih sayangnya untukku
seperti aku menjaga kasih sayangku untuknya
Tolong jaga rindunya untukku
seperti aku menjaga rinduku untuknya
Tolong jaga perhatiannya untukku
seperti aku menjaga perhatianku untuknya
Tolong jaga kepercayaannya untukku
seperti aku menjaga kepercayaanku untuknya
Tolong jaga janjinya untukku
seperti aku menjaga janjiku untuknya
Tolong jaga kesetiaannya untukku
seperti aku menjaga kesetiaanku untuknya
Senin, 14 Juli 2008
Tangerang
Senin, 09 Januari 2012
BURUH PABRIK
Suara mesin-mesin itu
seolah-olah irama musik
yang melantunkan melodi kepedihan
Dari pagi hingga siang
dari siang hingga malam
dari malam hingga pagi
Namun...
cucuran upahmu
tak sederas keringatmu
kepingan rupiah yang kau dapat
tak sebanding dengan jasamu
kesetiaan yang kau abdikan
tak setara dengan penghargaan untukmu
Buruh...
termarjinalkan oleh kaum kapitalis
tak berdaya perjuangkan hak
terkungkung tembok-tembok pabrik
terbungkam paradigma perusahaan
Buruh...
potret buram perekonomian bangsa
cermin retak kesejahteraan rakyat
Selasa, 13 Mei 2008
Tangerang
seolah-olah irama musik
yang melantunkan melodi kepedihan
Dari pagi hingga siang
dari siang hingga malam
dari malam hingga pagi
Namun...
cucuran upahmu
tak sederas keringatmu
kepingan rupiah yang kau dapat
tak sebanding dengan jasamu
kesetiaan yang kau abdikan
tak setara dengan penghargaan untukmu
Buruh...
termarjinalkan oleh kaum kapitalis
tak berdaya perjuangkan hak
terkungkung tembok-tembok pabrik
terbungkam paradigma perusahaan
Buruh...
potret buram perekonomian bangsa
cermin retak kesejahteraan rakyat
Selasa, 13 Mei 2008
Tangerang
PENGANGGURAN
Senin sampai Minggu
Januari sampai Desember
terlewati tanpa makna
berhari-hari
berminggu-minggu
berbulan-bulan
bahkan...
bertahun-tahun
mencari pekerjaan
tak kunjung dapat
hanya kejenuhan
dan keputusasaan
yang datang menghampiri
Kamis, 13 Desember 2007
Bekasi
Januari sampai Desember
terlewati tanpa makna
berhari-hari
berminggu-minggu
berbulan-bulan
bahkan...
bertahun-tahun
mencari pekerjaan
tak kunjung dapat
hanya kejenuhan
dan keputusasaan
yang datang menghampiri
Kamis, 13 Desember 2007
Bekasi
LANGIT
Di luasnya langit
ku teduhkan tatapanku
ku rengkuh tanyaku
Di birunya langit senja
ku cari Tuhanku
ku tanyakan takdirku
Di gelapnya langit malam
ku cari bintang pengharapanku
ku tanyakan cahaya jalanku
Di luasnya langit
ku cari makna hidupku
ku tanyakan mimpi-mimpiku
Kamis, 13 Desember 2007
Bekasi
ku teduhkan tatapanku
ku rengkuh tanyaku
Di birunya langit senja
ku cari Tuhanku
ku tanyakan takdirku
Di gelapnya langit malam
ku cari bintang pengharapanku
ku tanyakan cahaya jalanku
Di luasnya langit
ku cari makna hidupku
ku tanyakan mimpi-mimpiku
Kamis, 13 Desember 2007
Bekasi
HUJAN TURUN II
Hujan turun
mengguyur raga kepanasan
meluruhkan jiwa kesedihan
menyejukkan hati kesepian
merasakan kedinginan
dalam tetes-tetes hujan
mengecap kesegaran
dalam basuhan air hujan
Kamis, 15 November 2007
Pekalongan
mengguyur raga kepanasan
meluruhkan jiwa kesedihan
menyejukkan hati kesepian
merasakan kedinginan
dalam tetes-tetes hujan
mengecap kesegaran
dalam basuhan air hujan
Kamis, 15 November 2007
Pekalongan
BINTANG
Bintang...
bertaburan di langit
menghiasi gelapnya malam
Bintang...
bergemerlapan
kilaukan mimpi
Bintang...
jauh 'tuk diraih
gantungkan harapan
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
bertaburan di langit
menghiasi gelapnya malam
Bintang...
bergemerlapan
kilaukan mimpi
Bintang...
jauh 'tuk diraih
gantungkan harapan
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
JATUH CINTA
Seraut wajah
melintas dalam mata
sebait sapa
mengalun dalam telinga
sepenggal senyum
menyapa dalam khayal
sesosok bayang
hadir dalam mimpi
sebutir cinta
menghias dalam hati
setetes kasih
merasuk dalam jiwa
seuntai nama
terukir dalam benak
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
melintas dalam mata
sebait sapa
mengalun dalam telinga
sepenggal senyum
menyapa dalam khayal
sesosok bayang
hadir dalam mimpi
sebutir cinta
menghias dalam hati
setetes kasih
merasuk dalam jiwa
seuntai nama
terukir dalam benak
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
SEKUAT APAKAH
Sekuat apakah
hati tanpa cinta
Sekuat apakah
jiwa tanpa kasih
Sekuat apakah
rindu tanpa pertemuan
Sekuat apakah
kesendirian tanpa teman
Sekuat apakah
kesepian tanpa belahan jiwa
Sekuat apakah
kesedihan tanpa kebahagiaan
Sekuat apakah
hidup tanpa harapan
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
hati tanpa cinta
Sekuat apakah
jiwa tanpa kasih
Sekuat apakah
rindu tanpa pertemuan
Sekuat apakah
kesendirian tanpa teman
Sekuat apakah
kesepian tanpa belahan jiwa
Sekuat apakah
kesedihan tanpa kebahagiaan
Sekuat apakah
hidup tanpa harapan
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
PERJALANAN HIDUP
Hidup adalah perjalanan
perjalanan dari kelahiran sampai kematian
perjalanan dari bayi hingga dewasa
perjalanan dari muda sampai tua
Hidup adalah perjalanan
perjalanan suka dan duka
perjalanan tawa dan tangis
Hidup adalah perjalanan
perjalanan singkat
perjalanan panjang
perjalanan waktu
yang t'lah tergaris
dalam takdir kehidupan
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
perjalanan dari kelahiran sampai kematian
perjalanan dari bayi hingga dewasa
perjalanan dari muda sampai tua
Hidup adalah perjalanan
perjalanan suka dan duka
perjalanan tawa dan tangis
Hidup adalah perjalanan
perjalanan singkat
perjalanan panjang
perjalanan waktu
yang t'lah tergaris
dalam takdir kehidupan
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
HUJAN SEHARI
Hujan sehari
lepaskan dahaga bumi
Hujan sehari
lenyapkan wajah-wajah kehausan
Hujan sehari
leburkan butir-butir panas
Hujan sehari
hilangkan jejak-jejak kekeringan
Hujan sehari
hapuskan kemarau panjang
Hujan sehari
segarkan rumput-rumput hijau
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
lepaskan dahaga bumi
Hujan sehari
lenyapkan wajah-wajah kehausan
Hujan sehari
leburkan butir-butir panas
Hujan sehari
hilangkan jejak-jejak kekeringan
Hujan sehari
hapuskan kemarau panjang
Hujan sehari
segarkan rumput-rumput hijau
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
Kamis, 05 Januari 2012
HUJAN SEMALAM
Hujan semalam...
tinggalkan dingin di pagi ini
enggan 'tuk bangkit dari tidur
Hujan semalam...
sisakan kepedihan
kenangan akan amarah
luluh lantakkan cinta
Hujan semalam...
iringi derai air mata
mengguyur raga kesepian
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
tinggalkan dingin di pagi ini
enggan 'tuk bangkit dari tidur
Hujan semalam...
sisakan kepedihan
kenangan akan amarah
luluh lantakkan cinta
Hujan semalam...
iringi derai air mata
mengguyur raga kesepian
Selasa, 13 November 2007
Pekalongan
HUJAN II
Hujan...
s'lalu dinanti
kala panas membakar bumi
Hujan...
melepaskan dahaga bumi
membasuh alam kekeringan
Hujan...
menyirami tubuh bumi
menyejukkan gairah panas
Kamis, 8 November 2007
Pekalongan
s'lalu dinanti
kala panas membakar bumi
Hujan...
melepaskan dahaga bumi
membasuh alam kekeringan
Hujan...
menyirami tubuh bumi
menyejukkan gairah panas
Kamis, 8 November 2007
Pekalongan
HUJAN TURUN
Hujan turun
mengguyur bumi yang panas
membasahi tanah yang retak-retak
memenuhi telaga yang kering kerontang
menyirami tumbuh-tumbuhan yang layu
meluapkan sungai-sungai
Hujan turun
membawa berkah
Hujan turun
membawa malapetaka
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
mengguyur bumi yang panas
membasahi tanah yang retak-retak
memenuhi telaga yang kering kerontang
menyirami tumbuh-tumbuhan yang layu
meluapkan sungai-sungai
Hujan turun
membawa berkah
Hujan turun
membawa malapetaka
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
SAAT HUJAN TURUN
Saat hujan turun
anank-anak bermain dengan gembira
bermandi hujan di lapangan becek
Saat hujan turun
para petani bersuka cita
ladang mereka segar kembali
Saat hujan turun
ibu-ibu bersedih
cucian tak kering
Saat hujan turun
orang-orang khawatir
banjir 'kan datang menerjang
Saat hujan turun
ada suka ada duka
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
anank-anak bermain dengan gembira
bermandi hujan di lapangan becek
Saat hujan turun
para petani bersuka cita
ladang mereka segar kembali
Saat hujan turun
ibu-ibu bersedih
cucian tak kering
Saat hujan turun
orang-orang khawatir
banjir 'kan datang menerjang
Saat hujan turun
ada suka ada duka
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
HUJAN DI PASAR TIBAN
Dagangan sudah digelar
menunggu pembeli datang
rezeki pun mengalir
tiba-tiba hujan datang
pasar jadi bubar
pembeli pun pulang
pedagang ikut kabur
membawa seluruh barang dagang
apa daya rezeki pun hancur
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
menunggu pembeli datang
rezeki pun mengalir
tiba-tiba hujan datang
pasar jadi bubar
pembeli pun pulang
pedagang ikut kabur
membawa seluruh barang dagang
apa daya rezeki pun hancur
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
HUJAN DERAS
Mendung tebal bergelayut di langit
petir menggelegar
kilat sambar menyambar
dan...
hujan pun turun
deras...
sangat deras
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
petir menggelegar
kilat sambar menyambar
dan...
hujan pun turun
deras...
sangat deras
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
HUJAN I
Air itu turun dari langit
menyirami seluruh isi bumi
basah...
dingin...
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
menyirami seluruh isi bumi
basah...
dingin...
Senin, 5 November 2007
Pekalongan
TAKBIR DI DANAU LUMPUR LAPINDO
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
La Illaaha Ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillah Ilham"
Senandung takbir mengalun syahdu
memecah kesunyian malam
bergema dari dasar danau
dari dalam masjid
masjid yang di tahun-tahun dulu
selalu mengumandangkan takbir
di penghujung Ramadhan
masjid yang kini telah tenggelam
tenggelam oleh luapan lumpur Lapindo
Dan...
danau lumpur itu menggelegak
seolah tak kuasa membendung amarahNya
melihat kesombongan dan keserakahan umatNya
Lalu...
tanggul-tanggul yang telah dibangun itu pun jebol!
lagi-lagi jebol!
jebol lagi!
entah sudah berapa kali jebol
dan entah sampai berapa kali lagi akan jebol
Alunan takbir terus bergema
mengisyaratkan akan kebesaranNya
Senin, 22 Oktober 2007
Bekasi
La Illaaha Ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillah Ilham"
Senandung takbir mengalun syahdu
memecah kesunyian malam
bergema dari dasar danau
dari dalam masjid
masjid yang di tahun-tahun dulu
selalu mengumandangkan takbir
di penghujung Ramadhan
masjid yang kini telah tenggelam
tenggelam oleh luapan lumpur Lapindo
Dan...
danau lumpur itu menggelegak
seolah tak kuasa membendung amarahNya
melihat kesombongan dan keserakahan umatNya
Lalu...
tanggul-tanggul yang telah dibangun itu pun jebol!
lagi-lagi jebol!
jebol lagi!
entah sudah berapa kali jebol
dan entah sampai berapa kali lagi akan jebol
Alunan takbir terus bergema
mengisyaratkan akan kebesaranNya
Senin, 22 Oktober 2007
Bekasi
Langganan:
Postingan (Atom)