Kamis, 22 Agustus 2019

SUSAHNYA MENCARI KERJA

Beberapa waktu yang lalu, viral tentang seorang anak yang baru lulus kuliah dari sebuah universitas negeri ternama di Jakarta yang menolak pekerjaan dengan gaji 8 juta. Kedengarannya sombong. Belum punya pengalaman kerja tapi menolak pekerjaan hanya karena dirasa gajinya tidak sesuai dengan predikatnya sebagai lulusan universitas ternama. Aku aja yang udah pengalama kerja ga ada gaji sampe segitu. Yang menurutku gaji segitu itu sudah lumayan besar.

Pendapatku hanya satu, anak itu tidak bersyukur. Hanya menuruti gengsi semata. Mencari pekerjaan itu tidak mudah, kecuali ada rekomendasi dan faktor keberuntungan. Jangankan untuk mendapat gaji 8 juta, untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji UMR aja penuh perjuangan. Belum tentu ketika melamar di suatu perusahaan langsung diterima.

Jadi ingat beberapa tahun yang lalu, ada seorang anak lulus cumlaude dari universitas negeri ternama di Jogja yang karena susahnya mendapat pekerjaan, akhirnya dia berjualan jamu keliling. Salut dengan yang seperti ini. Dia tidak mengedepankan gengsi. Karena kebutuhan hidup memang harus dipenuhi.

Di pabrik tempat aku bekerja sekarang pun ada operator produksi dan operator gudang yang lulusan S1 dan D3. Padahal untuk level operator hanya diperlukan lulusan SMA. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan. Sehingga, walaupun tidak sesuai dengan akademiknya, mereka tetap menerima pekerjaan tersebut. Ya pastinya tetap sambil mencari yang sesuai dan lebih baik.

Mungkin anak yang menolak gaji 8 juta itu adalah anak orang kaya yang enggak pernah memikirkan kebutuhan dan kesulitan hidup.

Jadi ingat juga beberapa waktu yang lalu, salah satu supplierku meminta tolong untuk memasukkan saudara dari rekan kerjanya untuk bekerja di bidang IT di perusahaan tempat aku bekerja sekarang. Dia bilang akan memberiku uang apabila nanti diterima kerja. Sampai segitunya, ku pikir dia benar-benar membutuhkan pekerjaan. Apalagi setelah membaca CV nya kalau dia sudah menikah dan memiliki anak yang masih balita. Dalam pikiranku dia pasti membutuhkan pekerjaan untuk menafkahi anak istrinya.

Aku coba membantu bukan karena uang. Tapi karena ingin menolong saja. Toh aku dulu bisa kerja juga karena dibantu teman. Kadang suka heran kalau dengar ada oknum yang bilang bisa memasukkan kerja tapi si pencari kerja harus membayar sejumlah uang. Lha orang cari kerja itu kan pasti butuh pekerjaan yang nota bene butuh uang. Ini malah dimintain uang.

Beberapa waktu kemudian supplierku menelponku, menanyakan tentang lamaran kerja tersebut. Aku mengatakan bahwa aku hanya bisa membantu menginformasikan kepada bagian IT, yang orang-orang indonesia saja. Karena ternyata yang menyeleksi bos koreanya. Dan si supplierku ini pun bercerita, bahwa sebenarnya orang yang melamar kerja ini adalah anak orang kaya. Dia bisa meneruskan usaha bapaknya, ga perlu susah-susah mencari kerja. Tapi dia merasa punya ilmu yang ingin dia terapkan di dunia kerja di perusahaan lain.

Ya begitulah manusia. Yang sudah punya usaha sendiri pengen kerja di perusahaan orang lain. Lha yang lagi kerja di perusahaan orang aja pengen keluar punya usaha sendiri.


Minggu, 4 Agustus 2019
Mayong, Jepara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.