Sabtu, 30 Mei 2020

HUTANG PULSA

Kamu kemarin janji bayar pulsa tanggal 30. Hari ini kamu belum bayar pulsanya. Kalau kamu ga bisa dapet uang banyak dari partai itu, mending kamu keluar aja. Buat apa coba, ga ada untungnya.

Sering aku kasian sama orang. Tapi yang dikasihani ga tau diri. Ga mau ngerti aku hidup pas-pas an. Dibela-belain. Tapi yang dibelain ngeselin. Aku ga mungkin sampe marah-marah begini kalau kamu ga ngeselin.

Mungkin kamu gagal nyaleg itu salah satu doaku yg diijabah. Karena waktu itu kamu nyakitin aku. Kamu utang pulsa 2x, ga dibayar, ga pernah ada bilang apa-apa sama aku. Ga pernah hubungi aku juga. Malah posting foto mantan kamu. Allah tau apa yang ku rasakan.

Sekarang pun kamu masih ngeselin. Foto mantan ga dihapus, masih di partai politik, ga mau berhenti ngerokok, utang pulsa belum dibayar. Entah Allah akan kasih balasan apa ke kamu karena masih nyakitin aku.

Kata mama kamu rokok kamu harganya 29 ribu. Kamu bilang sehari habis 1 bungkus. Berarti sebulan habis uang sia-sia hampir 900 ribu. Ya Allah bang, itu uang segitu bisa buat beli sembako. Hal yang paling penting.

Sebenernya aku nunggu kamu punya kesadaran sendiri buat bayar utang tanpa perlu aku tagih. Karena aku ga mau kamu malu. Tapi kalau kamu ga bayar-bayar juga, ya nanti terpaksa aku tagih.

Ku pikir, karena kamu orang batak, jadi berani bilang kalau belum bisa bayar. Tapi ternyata .. kamu kebanyakan janji, tapi kenyataannya sering ga ada.

Walaupun udah meluapkan emosi lewat tulisan ini, masih belum bisa meredakan marahku. Karena kamu hari ini belum bayar pulsa. Rasanya aku pengen berantem langsung sama kamu. Hutangmu sama aku banyak bang .. Bukan cuma hutang uang aja. Tapi juga non materi.


Sabtu, 30 Mei 2020
Mayong, Jepara 

Jumat, 29 Mei 2020

MASKER

Gara-gara kemarin liat kamu posting soal partai di line, padahal udah sebel liat postingan di FB, masih tambah di line juga, bikin emosi sampai sekarang belum selesai juga. Lagian posting di IG, masih nyampah ga penting di sosmed lain.

Jadi inget waktu kamu nawarin masker gucci di grup. Ga habis pikir aku, kamu mau beli masker harga 300 ribu. Hidup masih pas-pasan aja pake gaya selangit. Masker yang penting kan fungsinya. Beli yang 5 ribuan beberapa biji sudah cukup. Duit 300 ribu bisa buat beli hal-hal yang lebih penting. Beli beras misalnya.

Ga ngerti deh aku sama jalan pikiran kamu. Itu makanya aku ga suka akrab sama orang-orang kaya. Kebawa gaya hidupnya. Nyatanya kamu pusing bayar air yang banyak. Mbok ya mikir kebutuhan yang lebih penting, dibanding beli barang-barang bermerk cuma karena nuruti gengsi. Itu masker guci bekas bisa dijual ga kalo lagi ga punya uang ?

Kapan hari liat masker bordir, harga 1 bijinya 25 ribu. Trus ada juga masker rajut, harga 1 bijinya 35 ribu. Semua pengen, tapi mau beli mikir harga segitu. Cuma dapet 1. Masa iya beli cuma 1, belum ongkirnya.

Awal-awal kasus corona, harga hand sanitizer melambung. Temenku di pabrik ada yang jual harga 50 ribu. Aku mau beli masih mikir-mikir dulu. Dulu aku pernah beli hand sanitizer, buat kalau pas di perjalanan pulang. Aku biasa makan & ngemil di bis. Kan ga ada air buat cuci tangan. Nah .. aku pakai hand sanitizer. Karena jarang dipakai, walaupun ada di tas terus, ya masih separo lebih. Lagian juga kalau ada air, lebih suka cuci tangan pakai air. Di pabrik & di kos ada air, ga perlu pakai hand sanitizer. Jadi aku ga beli hand sanitizer harga 50 ribu itu. Akhirnya duit 50 ribu itu ku pakai buat beli redoxon.

Ga berapa lama forwarder di pabrik kasih hand sanitizer. Ku taruh di meja. Jarang ku pakai juga. Masih ada separo lebih. Paling ku pakai kalau lagi males jalan ke kamar mandi. Karena udah sering bolak-balik keluar ruangan.

Dan kemarin setelah terima THR, temen kerja ada yang bagi-bagi hand sanitizer. Masih utuhlah ya .. Untung aku ga jadi beli hand sanitizer seharga 50 ribu. Uangnya bisa buat beli barang yang lebih penting lainnya.


Jumat, 29 Mei 2020
Mayong, Jepara

LAGI SEBEL (4)

Karena kamu masih di partai itu, jadi mikir-mikir lagi soal pernikahan. Aku jadi setengah hati. Emang harus sholat istikharah.

Dan aku juga tau kalau ibuku masih setengah hati. Waktu tau pertama kali tentang kita, ibuku tanya apa ga ada laki-laki lain yang lagi deketin aku. Dan aku jawab ga ada. Maksudnya buat pertimbangan. Mungkin bukan ga ada, tapi belum ada. Siapa tau nanti ada orang yang datang dan itu jodohku.

Jadi inget, kalau berdoa itu harus detail. Kayaknya kemarin-kemarin aku berdoanya lupa minta kalau jodohku itu bukan orang partai politik. Jadi sekarang kalau doa yang detail. Minta yang sesuai aku inginkan.

Aku juga tau, ibuku ga begitu suka orang yang berpolitik. Lebih suka orang yang kerja biasa di perusahaan. Ga neko-neko sama urusan politik.

Seandainya kita ga jadi nikah, aku bakal hapus semua foto-foto kita dari sosmed. Bahkan dari memori hp ku juga. Karena aku ga mau menyakiti yang jadi suami aku nanti. Aku juga bakal keluar dari grup yang mama kamu bikin.

O iya, kamu kenapa kalau ga punya uang pinjem sama aku ? Minta aja sana sama partaimu. Minta tuh sama ketua partaimu. Minta yang banyak, 1 trilyun gitu. Jadi kamu ga nyusahin aku. Kamu mah, jarang bikin aku seneng, nyusahin sering.

Hih .. Aku tuh bener-bener ga suka sama partai kamu dan orang-orang di dalamnya. Kamu cuma dimanfaatin aja sama temen kamu yang ketua partai itu. Jadi punya pemikiran kenapa kamu dulu nyaleg. Karena gajinya gede. Kamu mah maunya enak, ga mau susah kerja.

Padahal di mata aku, lebih terhormat pekerjaan ojol atau pedagang, dari pada anggota dewan. Aku lebih suka orang yang pakai baju biasa aja, dari pada orang yang pake jas. Ga ada bangga-bangganya tuh aku sama anggota dewan. Bangga tuh liat pengusaha sukses.

Dulu aku bangga sama aktivis 98. Tapi sekarang enggak lagi. Dulu mereka berani kritik pemerintah. Tapi sekarang mereka melempem kayak krupuk disiram air. Padahal jelas-jelas pemerintah sekarang lebih dzolim dari pada pemerintah yang dulu.

Mungkin adanya corona ini, jadi lebih punya banyak waktu buat melihat dan berpikir lagi, sebelum melangkah ke pernikahan. Allah punya cara biar aku ga terburu-buru nikah sama kamu.


Jumat, 29 Mei 2020
Mayong, Jepara

Kamis, 28 Mei 2020

LAGI SEBEL (3)

Males buka FB, karena kamu posting soal partai itu. Eh, sekarang tambah lagi aku buka line, kamu posting soal partai itu di line juga. Bikin tambah sebel aja. Kamu kenapa sih sukanya bikin aku jengkel ?

Udah tau aku lebaran ga bisa pulang. Sendirian di kos. Bukannya sering ditelpon, ini malah jarang nelpon. Bikin jengkel iya.

Dibayar berapa sih kamu ? Kalau dibayar trilyunan sih mending, jadi kamu ga nyusahin aku, pinjem uang ke aku. Kamu lupa pernah pinjem ke aku. Waktu pertama kali kamu dateng ke jepara, kamu kan pinjem uang ke aku 50 ribu. Gitu ya siangnya kamu sempet-sempetnya ke salon sebelah warung, habis 100 rb.

Duh bang .. kamu itu mikirnya gimana sih ? Sekarang aku jadi mikir gimana aku hidup sama kamu. Selama kamu masih di partai itu, selama kamu masih ngurusi politik, aku ga bakal jadi istri yang penurut sama kamu. Bodo amat. Sak karepmu. Aku ga mau ngurus kamu.

Cuma di IG sama twitter aja yang adem, karena aku ga follow kamu. Jadi ga liat postingan soal partai politik itu.


Kamis, 28 Mei 2020
Mayong, Jepara

LAGI SEBEL (2)

Untuk kesekian kalinya aku merasa kecewa. Kondisi lagi bad mood, lihat kamu posting dan update status soal partai itu. Yang tadinya aku kangen sama kamu. Sekarang jadi sebel. Dan ini buat aku ga berminat cari kerja di jakarta. Aku juga jadi males tinggal di jakarta. Dan aku berpikir buat cari kerja di surabaya aja. Orang tuaku juga perlu aku rawat.

Apalagi ibuku sudah lelah menghadapi bapakku. Ibuku yang orangnya keras dan ga sabar. Sedangkan bapakku seperti anak kecil yang harus dituntun. Adekku dan suaminya ga bisa diharapkan buat merawat bapakku. Hanya aku dan yang akan jadi suamiku kelak yang diharapkan merawat.

Ibuku orangnya realistis. Ga begitu suka dengan politik. Pemilu kemarin pun ibuku ga memilih siapa-siapa. Yang di pikiran ibuku hanya bagaimana caranya usaha, agar dapat uang buat mencukupi kehidupan sehari-hari.

Lihat kamu posting soal partai, bikin aku tambah bad mood. Realita sekarang ini yang diperlukan uang buat memenuhi kebutuhan hidup. Ga ada bangganya sama sekali aku sama partai. Apalagi partaimu pendukung pemerintah yang dzolim. Nurut sama junjungannya walaupun salah.

Kapan hari kamu posting tulisan yang mengkritik pemerintah. Ku pikir kamu yang nulis. Ternyata orang lain. Selamanya aku ga akan mendukung kamu di partai itu maupun di dunia politik.

Di keluarga besarku, kecuali tanteku yang di pekalongan, ga ada yang antusias dengan politik. Om ku yang di tanah abang aja sempet kesel karena sifat tanteku itu berubah ketika bergabung di partai politik. Sampai tega membohongi keluarganya.

Dan aku lebih nyaman hidup tanpa ada sangkut paut dengan orang-orang politik.


Sabtu, 2 Mei 2020
Mayong, Jepara

CINTA AJA ENGGAK CUKUP

Setelah kita ketemu yang pertama, dan tanteku yang di bekasi tau, dia telpon. Banyak hal yang ditanyakan. Tentang kamu dan keluargamu. Dia juga bertanya apakah aku dan kamu sepemikiran ? Karena berumah tangga itu dibilang mudah ya enggak juga, dibilang susah ya enggak juga. Cinta aja enggak cukup. Seiman dan sepemikiran itu penting juga. Karena menikah itu untuk waktu yang lama, sampai akhir hayat.

Bahkan cintamu pun masih aku ragukan. Kata sayang gampang kamu ucapkan. Tapi waktu aku liat IG mu, masih ada foto mantan kamu. Males jadinya follow IG kamu. Sebenernya cinta dan sayang kamu ke aku itu beneran tulus ga sih ?

Waktu aku cerita soal adek kamu, tanteku heran karena pacaran segitu lamanya ga nikah-nikah. Kalau aku yang herannya, kenapa adek kamu ga tinggal di rumah ?

Dari ibuku yang jadi pertanyaan adalah pekerjaan. Karena ibuku ga mau anaknya hidup susah. Dan intuisi seorang ibu tau kalau aku dan kamu jarang berkomunikasi. Ibuku bilang, kalau orang lagi jatuh cinta pengennya komunikasi terus tiap hari, tapi ini malah jarang-jarang. Dan aku merasa kamu hubungi aku kalau ada perlunya aja.

Kamu ada kegiatan apa di luar kerjaan juga ga pernah cerita. Kapan hari kamu bilang mau bikin usaha sama temen kuliahmu. Ku tanya bidang usahanya, kamu bilang keuangan. Aku ga jelas maksudnya. Sepenangkapan pikiranku semacam pinjaman. Kalau pinjaman gitu pasti ada bunganya. Aduh .. aku ga mau ya hasil dari riba.

Beberapa waktu yang lalu, ada salah satu orang marketing telpon. Sebelum nanya masalah pekerjaan, dia tanya apa aku masih di sini. Karena kabar yang beredar kan aku mau pindah ke rembang. Trus aku bilang kalau sepertinya aku ga jadi pindah ke rembang. Karena aku ada rencana menikah. Dan pastinya ikut suami. Dia kemudian tanya tinggal di mana. Aku jawab, orang batak tinggal di depok. Jadi aku mau cari kerja di depok. Lalu dia bilang, orang batak kan keras, yakin ? Trus di depok kayaknya jarang industri. Walaupun dia orang lain, sepertinya dia khawatir aku diperlakukan kasar.


Sabtu, 2 Mei 2020
Mayong, Jepara